Warisan Catatan Kelam Kanibalisme dari Mesir Kuno hingga Romawi
Manusia telah lama mengabadikan kisah dalam mengonsumsi daging manusia dalam ritual sakral. Hal itu tidak hanya terjadi sekali dalam sejarah, tetapi berulang kali, dan dilakukan hampir di setiap pelosok dunia yang kelam.
"Bukti praktik kanibalisme telah ditemukan di Amerika Selatan, di banyak Kepulauan Pasifik, di antara beberapa suku asli Amerika kuno, dan di banyak wilayah lain di dunia," tulis Ben Thomas kepada Aeon.
Ia menulis dalam sebuah artikel berjudul "Eating people is wrong—but it’s also widespread and sacred" yang terbit pada 4 April 2017.
Bukti praktik kanibalisme telah ditemukan di Amerika Selatan, di banyak Kepulauan Pasifik, di antara beberapa suku asli Amerika kuno, dan di banyak wilayah lain di dunia. Pada tahun 1881, arkeolog Prancis, Gaston Maspero, mendobrak sebuah makam di Saqqara.
Di ujung jalan lintas bawah tanah yang panjang, ia menemukan galeri relief yang dicat cerah: pemandangan panen, upacara kuil, pertempuran dengan musuh. Ada juga prasasti ritual yang berisi satu set mantra yang dikenal sebagai Teks Piramida, berbunyi:
"Firaun adalah [dia]
Yang hidup dari setiap dewa,
Yang memakan isi perutnya …
Firaun adalah dia yang memakan manusia dan hidup dari dewa."
'Himne Kanibal' ini merupakan ritus dan tradisi yang diabadikan dari budaya kuno, bersifat sangat sakral yang akarnya mencapai jauh ke zaman prasejarah, ke masa sebelum dimulainya budaya penulisan.
Penulis Yunani, Diodorus Siculus, menulis ribuan tahun kemudian—sekitar abad pertama SM, mencatat sebuah cerita kuno di mana Osiris melarang orang-orang Mesir Kuno untuk saling memakan.
Faktanya, kanibalisme terus bertahan (atau muncul kembali) di dunia Barat hingga zaman berkuasanya Romawi. Klan Druid tertentu tampaknya telah mempraktikkan pengorbanan manusia dan kanibalisme pada abad-abad awal M.
banyak penulis Yunani dan Romawi merujuk pada suku-suku dengan praktik kanibal. St. Jerome menyebutkan orang kanibal yang disebut Attacotti—Herodotus mengacu pada suku yang dia sebut hanya 'pemakan manusia' (antropofag).
Herodotus menceritakan sebuah episode di mana kaisar Persia Darius, penguasa domain yang membentang dari Turki modern ke Afganistan, memutuskan untuk mencoba eksperimen dalam relativisme budaya.
Kaisar memanggil sekelompok orang Yunani dan sekelompok Callatians (orang India) ke istananya. Dia bertanya kepada Callatians: "apa yang diperlukan bagi mereka untuk membakar mayat ayah mereka yang sudah meninggal, seperti yang dilakukan orang Yunani?"
"Orang-orang Callatians terkesiap ngeri dan bersikeras mereka tidak akan pernah melakukan hal yang mengerikan seperti itu," imbuh Ben Thomas.
Darius kemudian bertanya sebaliknya kepada orang-orang Yunani: "apa yang diperlukan bagi mereka untuk melahap mayat ayah mereka yang sudah meninggal, seperti yang dilakukan orang Callatians?" Maka orang-orang Yunani muntah karena jijik.v
Post a Comment