Kisah Wabah Asal Eropa yang Pernah Memusnahkan Populasi Amerika Kuno
Dalam sejarah, prasangka soal kebiasaan sehari-hari masyarakat lokal yang dipandang asing dan mengundang penyakit ini sering muncul dalam konteks kolonialisme Eropa. Kolonialisme pun tak jarang dijustifikasi dengan alasan penyebarluasan sarana sanitasi dan pemberantasan penyakit.
Namun, fakta bahwa orang-orang Eropa tak jarang membawa penyakit ke koloni kerap dilupakan oleh para penganjur kolonialisme. Masyarakat adat di Amerika Latin adalah salah satu saksinya.
Sejak pertama mendarat di Dunia Baru Amerika pada pengujung abad ke-15, orang-orang Eropa tak membutuhkan waktu lama untuk menaklukkan sebagian besar benua itu. Dibandingkan dengan suku-suku asli Amerika, orang Eropa jelas lebih unggul dalam hal teknologi persenjataan dan organisasi militer.
Para penakluk Eropa punya persenjataan dan pelindung tubuh dari baja yang kuat. Itu pun masih ditunjang dengan bedil dan artileri. Sementara itu prajurit pribumi Amerika masih mengandalkan kapak batu, ketapel, busur dan panah, serta pelindung tubuh sederhana dari kain berbantalan. Mereka juga belum mengenal kavaleri sebagaimana orang Eropa.
Tapi, menurut profesor geografi Universitas California, Jared Diamond, semua keunggulan itu hanyalah faktor kesekian yang memengaruhi kesuksesan penakluk Eropa. Penentu kemenangan para conquistadores yang sebenarnya adalah kuman penyakit.
“Jauh lebih banyak penduduk asli Amerika yang tewas di pembaringan gara-gara kuman manusia, daripada di medan pertempuran gara-gara bedil dan pedang Eropa. Kuman-kuman itu memperlemah pertahanan orang-orang Indian dengan membunuh sebagian besar orang Indian dan para pemimpin mereka, serta menciutkan nyali orang-orang yang tersisa,” tulis Diamond dalam bukunya yang terkenal; Bedil, Kuman, dan Baja: Rangkuman Riwayat Masyarakat Manusia (2018, hlm. 261-262).
Post a Comment