Penemuan Arang Kuno Ungkap Antarktika Dulunya Pernah Terbakar Hebat
Sebuah studi baru menemukan bahwa kebakaran hutan yang dahsyat pernah menghanguskan Antarktika pada 75 juta tahun yang lalu. Ini adalah masa ketika dinosaurus masih berkeliaran di Bumi.
Kebakaran itu terjadi pada periode Cretacous akhir atau Kapur akhir yang berlangsung 100 juta hingga 66 juta tahun yang lalu. Periode tersebut merupakan salah satu periode terpanas di Bumi.
Pada masa itu, Pulau James Ross di Antarktika adalah rumah bagi hutan beriklim konifer, pakis, dan tanaman berbunga yang dikenal sebagai angiospermae. Kala itu, kebakarkan yang melanda Pulau James Ross dengan seketika membunuh dinosaurus yang hidup di sana.
"Penemuan ini memperluas pengetahuan tentang terjadinya kebakaran vegetasi selama periode Kapur, menunjukkan bahwa episode seperti itu lebih umum daripada yang dibayangkan sebelumnya," kata ketua peneliti studi Flaviana Jorge de Lima, ahli paleobiologi di Federal University of Pernambuco di Recife, Brasil, seperti dikutip dari Live Science.
Temuan ini menandai bukti pertama dalam catatan kebakaran paleo di Pulau James Ross. Pulau ini adalah bagian dari Semenanjung Antarktika yang sekarang berada di wilayah Amerika Selatan.
Penemuan ini menambahkan bukti bahwa kebakaran spontan biasa terjadi di Antarktika selama zaman Kampanium, sekitar 84 juta hingga 72 juta tahun yang lalu. Pada tahun 2015, dalam sebuah studi terpisah, para peneliti mendokumentasikan bukti pertama yang diketahui tentang kebakaran hutan zaman dinosaurus di Antarktika Barat. Laporan studi tersebut terbit di jurnal Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology.
Adapun dalam studi terbaru yang laporannya telah terbit secara online di jurnal Polar Research pada 20 Oktober 2021, tim ilmuwan internasional menganalisis fosil-fosil yang dikumpulkan selama ekspedisi 2015-2016 ke bagian timur laut Pulau James Ross. Fosil-fosil ini berisi fragmen-fragmen tanaman yang tampak seperti sisa-sisa arang, yang telah lapuk selama puluhan juta tahun terakhir.
Fragmen-fragmen arang ini berukuran kecil. Potongan terbesarnya hanya berukuran 19 kali 38 milimeter.
Namun pemindaian gambar dengan menggunakan mikroskop elektron mampu mengungkapkan identitas fosil-fosil ini. Para peneliti menemukan, fosil-fosil ini kemungkinan adalah gymnospermae yang terbakar. Tumbuhan ini kemungkinan dari keluarga botani pohon jenis konifera yang disebut Araucariaceae.
Kebakaran hutan yang intens sering terjadi dan meluas selama periode Kapur akhir. Meskipun sebagian besar bukti kebakaran ini terletak di Belahan Bumi Utara, beberapa kasus kebakaran juga terdokumentasi di Belahan Bumi Selatan di tempat yang sekarang disebut Tasmania, Selandia Baru, dan Argentina.
Selama periode Kapur akhir, superbenua Gondwana pecah sehingga membuat tempat-tempat seperti Antarktika lebih terisolasi dari sebelumnya. Wilayah ini dulu bebas es dan memiliki banyak sumber pengapian, termasuk sambaran petir, bola api dari meteor yang jatuh, dan aktivitas gunung berapi, serta vegetasi yang mudah terbakar dan kadar oksigen yang tinggi, yang membantu api muncul dan kebakaran terjadi, catat para peneliti.
"Antartika memiliki aktivitas vulkanik intens yang disebabkan oleh tektonik selama periode Kapur, seperti yang ditunjukkan oleh keberadaan sisa-sisa fosil di lapisan yang terkait dengan jatuhan abu," tulis para peneliti dalam laporan penelitian tersebut.
"Masuk akal bahwa aktivitas gunung berapi memicu kebakaran paelo yang menciptakan arang-arang yang dilaporkan di sini."
Sekarang, para peneliti sedang mencari catatan baru kebakaran paleo di lokasi-lokasi lain di Antartika, selain di Pulau James Ross.
Post a Comment