Singa Berkantung Ini Hidup Jutaan Tahun Silam di Hutan Kuno Australia
Jauh sebelum peradaban manusia, singa berkantung kecil tapi mematikan ini berkeliaran di hutan hujan kuno Australia. Sekitar 24 juta tahun kemudian, para peneliti mengamati sisa-sisa fosil hewan buas yang tidak biasa dan menemukan bahwa itu sebenarnya milik dari spesies yang belum pernah terlihat sebelumnya.
Sisa fosil tersebut pertama kali ditemukan pada akhir 1980-an di area Riversleigh World Heritage di Queensland, Australia. Pada saat itu, fosil diyakini milik marsupial karnivora yang bernama
Priscileo roskellyae
.
Namun, dalam studi yang dipublikasikan pada
Journal of Vertebrate Paleontology
, para peneliti dari University of New South Wales mengevaluasi kembali bentuk, struktur gigi, dan rahang bawah hewan buas tersebut. Mereka menemukan bahwa itu sebenarnya milik spesies baru dari marsupial singa yang dinamai Lekaneleo roskellyae
, dengan julukan Leo.
Dilansir dari CNN, Michael Archer, profesor ilmu biologi, bumi, dan lingkungan di Universitas New South Wales berkata bahwa ketika mereka menemukan spesimen yang lebih banyak di Riversleigh, mereka mulai menyadari bahwa spesimen ini bukan milik kelompok yang sama dari penemuan sebelumnya, melainkan jenis baru yang belum pernah terlihat.
Hewan ini tidak terkait langsung dengan singa. Faktanya, ia tidak memiliki anggota keluarga dekat yang hidup di Bumi saat ini. Oleh sebab itu, sulit untuk memahami bagaimana perilakunya.
Meski begitu, spesies ini memiliki beberapa fitur menonjol yang memberikan petunjuk kuat tentang bagaimana ia bertahan di ekosistem yang kompleks dan besar dari hutan-hutan kuno Australia.
Nationalgeographic.co.id - Jauh sebelum peradaban manusia, singa berkantung kecil tapi mematikan ini berkeliaran di hutan hujan kuno Australia. Sekitar 24 juta tahun kemudian, para peneliti mengamati sisa-sisa fosil hewan buas yang tidak biasa dan menemukan bahwa itu sebenarnya milik dari spesies yang belum pernah terlihat sebelumnya.
Sisa fosil tersebut pertama kali ditemukan pada akhir 1980-an di area Riversleigh World Heritage di Queensland, Australia. Pada saat itu, fosil diyakini milik marsupial karnivora yang bernama
Priscileo roskellyae
.
Namun, dalam studi yang dipublikasikan pada
Journal of Vertebrate Paleontology
, para peneliti dari University of New South Wales mengevaluasi kembali bentuk, struktur gigi, dan rahang bawah hewan buas tersebut. Mereka menemukan bahwa itu sebenarnya milik spesies baru dari marsupial singa yang dinamai Lekaneleo roskellyae
, dengan julukan Leo.
Baca Juga: Peneliti LIPI Temukan Empat Spesies Kumbang Baru di Maluku Utara
Dilansir dari CNN, Michael Archer, profesor ilmu biologi, bumi, dan lingkungan di Universitas New South Wales berkata bahwa ketika mereka menemukan spesimen yang lebih banyak di Riversleigh, mereka mulai menyadari bahwa spesimen ini bukan milik kelompok yang sama dari penemuan sebelumnya, melainkan jenis baru yang belum pernah terlihat.
Hewan ini tidak terkait langsung dengan singa. Faktanya, ia tidak memiliki anggota keluarga dekat yang hidup di Bumi saat ini. Oleh sebab itu, sulit untuk memahami bagaimana perilakunya.
Meski begitu, spesies ini memiliki beberapa fitur menonjol yang memberikan petunjuk kuat tentang bagaimana ia bertahan di ekosistem yang kompleks dan besar dari hutan-hutan kuno Australia.
Leo memiliki gigi berbentuk silet. Meskipun tidak lebih besar dari kucing normal, singa kecil ini dianggap sebagai pemangsa binatang kecil yang licik dan ganas pada 34-23 juta tahun lalu di Australia. Mereka hidup di antara pepohonan dan berburu mamalia kecil, ular, dan jenis reptil kecil lainnya.
Australasia dan Amerika adalah satu-satunya kerajaan marsupial, sekelompok mamalia yang melahirkan anak-anak yang tumbuh di kantong induknya. Beberapa anggota mereka yang paling terkenal adalah kanguru, walabi, dan koala.
Leo adalah bagian dari keluarga yang sama dengan harimau Tasmania. Spesies ini adalah satu-satunya anggota keluarga
Thylacinidae
yang bertahan hidup di zaman modern, tapi spesies ini punah lebih dari 80 tahun lalu ketika individu terakhir mati di kebun binatang Washington DC pada 1936.
Post a Comment